June 10, 2017

Cabut Gigi di RSGM UGM (Part III)

Setelah saya scalling gigi, saya memutuskan untuk kontrol gigi saya yang berlubang itu dengan dokter yang berbeda. Saya pun diperiksa oleh dokter tersebut dan gigi saya ditutuk-tutuk apakah sakit atau tidak, dan sakit, ngilu-nglu gitu. Lalu dokternya bilang "ini giginya bahkan udah berubah warna mbak, dicabut aja gimana?" duuh di situ saya diam sejenak, mikir keras, keras banget. Lalu saya tanya dokternya "apakah ada alternatif lain, Dok?"
"Sebaiknya dicabut, mbak. Kalau ditambal takut giginya malah patah karena tidak kuat dan mbaknya juga harus bolak-balik ke sini untuk kontrol, biayanya tambah mahal"
"kalau dicabut berarti saya ompong dong, Dok" itu pertanyaan terbodoh yang pernah saya lontarkan.
"yaiyalah, mbak" jawab Pak dokter. "Nanti dibuatkan gigi baru"
"Gigi baru berapa ya, Dok?"
"Mau yang murah apa yang mahal?"
"yang murah, Dok"
"Sekitar 500an". shittttttt.
"Yaudah, Dok. Dicabut aja. Sekarang."
"Keputusan yang baik *punggung saya dipukpuk*. Tapi tidak bisa sekarang ya mbak, kalau sekarang sakit. Mbaknya harus minum obat dulu. Nanti sabtu sore datang lagi ke sini." Akhirnya saya memutuskan untuk cabut gigi lalu saya diberi resep dokter. Obat lagi, obat lagi. Ketika saya melihat ada antibiotik di situ, saya geram lol. Saya ga suka banget sama antibiotik karena harus diminum secara teratur dan harus habis dan sebelumnya saya baru menghabiskan antibiotik yang sebelumnya. Ughh life fucked me all over again. Selain antibiotik, ada Mefinal, tapi Mefinal nya tidak saya tebus karena mefinal sisa kemarin masih.
Total biaya yang saya keluarkan waktu itu yaitu biaya pendaftaran pasien lama RP3.000, biaya konsultasi RP40.000, biaya antibiotik RP56.000, jadi totalnya RP99.000.

Hari sabtu yang tidak ditunggu-tunggu pun tiba. Saya pergi ke RSGM pukul 16:00, sendiri, because I'm such an independent lady wadaww. Sendiri karena temen-temen yang lain sibuk. Masuk, seperti biasa, celingak-celinguk bentar lalu menuju resepsionis, membayar biaya pendaftaran RP3.000. Lalu masuk ke ruang tunggu pasien yang kala itu sepi dan dingin. Lalu giliran saya tiba, dag dig dug.
"Gimana, mbak, giginya?"
"Udah ga sakit, Dok."
"Mau tetap dicabut atau ditambal? *loh gimana sih*. Tapi kalau ditambal ya seperti yang saya bilang kemarin."
"Cabut, Dok."
"Okay. Mbaknya sudah bertekad." oh you have no idea, Dok. "Kita mulai ya, Mbak"
Dokter pun mulai mengotak-atik gigi saya. Pertama gigi saya dibersihkan. Lalu disuntik 3kali. That shit hurt as fvck. Saya pun meraung-raung tapi jatuhnya malah seperti mendesah shittttt. 
"Okay tunggu biusnya bekerja dulu ya, Mbak" kata Pak dokter. Lima menit berlalu dan this is it. Dokter pun mulai mencabut gigi saya, kepala saya ditahan oleh dua orang asisten dokter sepertinya. Dan gigi saya dicongkel, that part hurt like a bitch, saya meraung-raung lagi dan air mata mulai keluar tapi ga sampai netes, cuma bersinggah di sudut mata. Kurang dari dua menit, gigi saya sudah tercabut. Lalu gigi saya yang bolong disumpel kapas dan bibir/gusi saya yang kena bius tadi numb/mati rasa *yaiyalah*.
"Sudah ya, mbak. Hindari makan yang panas-panas dulu. Ini saya kasih obat lagi nanti diminum. *oh not again*. Itu biusnya bisa hilang dalam waktu dua jam dan setelah itu baru akan merasakan linu-linu."
Obat yang diberikan dokter adalah antibiotik dan mefinal lagi tapi tidak saya tebus karena yang kemarin masih. Total biaya yang saya keluarkan untuk cabut satu gigi sebesar RP150.000.

Pelajaran yang berharga dari Sakit Gigi the Series ini adalah saya bisa lebih bersyukur akan makanan yang saya makan. Dulu sebelum sakit gigi, saya kurang bersyukur akan makanan yang saya makan karena saya bisa makan ini itu tanpa rasa sakit like I took everything for granted. Pas sakit gigi, makan susah banget, makannya pelan-pelan kaya nenek-nenek, berat badan saya pun turun 2kg. Sekarang, ketika saya makan, saya bahagia dan bersyukur banget karena saya bisa makan tanpa merasakan sakit. They are right about "if there's no pain you wouldn't know how happiness feels like".
Buat kalian yang mau cabut gigi, gausah takut karena pengalaman saya yang menyakitkan lol. Sebelum saya cabut gigi, saya juga bertanya ke teman saya "sakit ga cabut gigi?" dan mereka bilang ga, bahkan tidak kerasa kalau dicabut, makanya saya berani cabut gigi. But somehow, pas saya yang cabut sakit. Mungkin biusnya kurang.
BOTTOM LINE IS LOVE YOUR TEETH. KESEHATAN GIGI ITU PENTING. TEETH ARE HAPPINESS. TEETH ARE LOVE. TEETH ARE LIFE.

No comments:

Post a Comment